Sabtu, 31 Agustus 2019

Nothing Me

Di luar ruangan matahari bersinar congkak. Mungkin dia merasa yang paling berkuasa. Hari ini untungnya aku tidak ada kegiatan yang mengharuskanku keluar rumah.

Di kamarku yang sempit dan cukup dingin karena kipas angin yang aku punya, aku mulai mengetikkan beberapa kalimat yang muncul di kepalaku. Kemudian gerakan tanganku terhenti.

"sebenarnya apa sih yang aku lakukan?"

Aku mengalihkan pandanganku dari layar laptopku. Hembusan nafas keras tidak bisa mengurangi sesak nafasku. Kurenungkan kembali kalimatku yang baru aku katakan tadi. Di usiaku yang sekarang aku tidak tahu harus melakukan apa.

Predikatku saat ini cukup menyedihkan. Mahasiswa tua, pengangguran menyedihkan, miskin tapi malas, tidak punya keahlian khusus dan hal menyedihkan lainnya. Yaa, aku sadar diri kalau aku manusia tidak berguna.

Di luar sana, wanita punya daya untuk berkembang menjadi apa yang mereka mau. Setiap wanita berhak untuk berkembang menjadi manusia berstatus seperti halnya pria. Wanita di luar sana berusaha untuk tampil lebih baik. dengan dandanan yang lebih baik, style pakaian yang trendi, pekerjaan yang menghasilkan dan terlihatt keren atau berbagai hal menakjubkan yang menurut wanita adalah masa kini.

Tetapi aku merasa tak berdaya. Aku sendiri susah menjelaskan dari segi mana tidak keberdayaanku. Aku sepayah itu.

FIN

Minggu, 25 Agustus 2019

RUNAWAY _ Manusia tak berguna

Di bawah pohon besar di depan perpustakaan kampus. Aku duduk di kursi tepat di bawah pohon rindang depan perpustakaan kampus. Lalu, aku menarik nafas dan menghembuskanya keras. Aku memandang kedepan, pandanganku lurus kedepan, hanya saja tak ada objek khusus yang menarik perhatian. 

Aku mendengar semuanya. Suara kepakan burung dara, suara obrolan mahasiwa, suara gemerisik daun karena angin. Lagi, aku menarik nafas dan menghembuskanya dengan keras. 

Langit mendung hari ini. Awan menutupi langit dan matahari. Angin semilir dingin berhembus menerpa tubuhku. Suasana terasa biru dan abu-abu. 

Yang aku rasa sekarang adalah hampa. Rasanya ragaku disini tetapi pikiranku entah kemana. Terasa salah. Keberadaanku di sini terasa salah.

Kata orang tua melamun itu tidak baik. Kalau melamun nanti kerasukan setan, gitu katanya. Tapi sepertinya benar. Ketika melamun, pikiran-pikiran buruk muncul. Tidak selalu buruk, tetapi sebagian besar memang buruk. 

Kenapa aku seperti ini? kenapa aku tidak cantik? Sudah tidak cantik juga tidak bisa berteman. Tidak punya keterampilan, tidak punya pekerjaan, skripsi gak jalan. Aku merasa ada bagian diriku yang salah. Tapi tidak tahu disebelah mana. 

Aku sering merasa ketakutan, merasa gelisah, sedih, khawatir dan marah. Aku merasa gagal menjadi manusia yang berguna. Tidak tahu harus berbuat apa. PAYAH!

Aku ingin lari dari masalah ini. Aku mau memulai sesuatu yang baru. Di tempat lain. Bukan di kota ini. Aku muak dengan kota ini. 

Apa perlu aku kabur dari sini?

FIN. 

Senin, 17 September 2018

Aku dan Masalahku


Hasil gambar untuk problem

Masalah
Setiap orang punya masalahnya masing-masing. Masalah biasanya timbul karena ekspektasi yang gak terwujudkan. Realita yang bikin syok. Ketidakmampuan mengadaptasikan ekspektasi dengan realita. Sebenarnya, menurutku masalah itu adalah tanggungan yang harus segera diselesaikan. Kalau malah ditinggal lari, masalah bakalan ngikutin kemana kita pergi.

Kayak ada benang kasat mata yang ngiket kita dengan masalah. Masih untung masalahnya gak berkembang biak, kalau malah beranak pinak kan masalah itu jadi beban bukan tanggungan lagi. Bikin stress.

Masalah yang gak terselesaikan atau ditinggal lari itu karena orang yang punya masalah biasanya takut. Padahal kalo bisa menyelesaikan masalah, kita kayak naik satu level gitu.

Aku punya banyak masalah yang belum terselesaikan. Banyaknya sih gara-gara aku lari dari masalah. Padahal aku paham kalo masalah itu harus diselesaikan. Cuman aku ketakutan sendiri. Belum dihadapi tapi udah takut duluan. Mentalku lemah. Aku pingin banget punya keberanian buat ngadepin apapun. Aku pingin masalahku selesai. Aku pingin gak pengecut lagi. Aku.. aku butuh temen yang mau ngerti aku. Aku tau kalo kamu mau dingertiin sama orang lain yaa kamu harus mengerti orang lain juga. Aku tau. Cuman teori gak segampang kenyataan. Aku cuek, banget malah. Aku gak bisa menunjukkan perasaanku ke orang lain karena aku malu. Sebenarnya aku bisa langsung tau apa yang orang lain rasakan, cuman aku gak bisa menunjukkan empatiku. Soalnya aku malu. Payah kan.

Aku banyak baca dari buku dan artikel. Pikiran itu punya kekuatan yang gede banget di diri seseorang. Aku berusaha bilang ke diriku kalo aku berani, aku sanggup menghadapi apapun, aku bisa menyelesaikan masalahku. Tapi kayak ada yang salah dengan diriku. Kayak ada sesatu yang perlu diperbaiki di dalam diriku. Aku disaranin buat konsultasi dengan orang yang lebih tua, atau yang lebih tau. Tapi sekali lagi, aku takut dan malu. Duuuuh aku udah berusaha meyakinkan diriku kalo aku berani, gak perlu takut. Itu ketakutan yang aku ciptakan sendiri. Aku bisa menghadapi masalahku. Aku bisa. Harus.

Tapi keesok harinya. Aku melempem kayak krupuk kesiram air. Siklus hidupku yang sangat menyebalkan. Aku pingin berubah. Bantu aku!

Selasa, 11 September 2018

Skripsi oh skripsi



Mengerjakan skripsi itu susah susah gampang. Tapi lebih banyak susahnya. Banyak faktor yang berpengaruh dalam pengerjaan skripsi. Awalnya aku mikir, ngerjain skripsi itu mudah. Tinggal cari tema, bikin judul, cari referensi, ngerjain, konsul, revisi, turun lapangan cari data, analisis data, sidang, revisi dan selesai. Ternyata oh ternyata. Faktor seperti lingkungan pertemanan, lingkungan rumah, masalah-masaah sepele tapi sangat mempengaruhi mood hari ini dan printilan-printilan yang sebenernya sepele tapi dampaknya gede banget dalam proses pengerjaan skripsi, itu bener-bener gak bisa dihindari.

Beberapa waktu yang lalu aku bertanya-tanya kenapa kok aku gak bisa progres ngerjain skripsi. Temen-temen ku yang lain progres dan ada yang sudah selesai sidang. Kenapa aku males banget yaaa ngerjainnya? Kenapa aku gak ada semangat-semangatnya ngerjain skripsi? Skripsi, kenapa skripsi? Dan setelah kupikir lagi ternyata alasan sebenarnya adalah gak ada target kuat yang pengen kucapai. Gak ada tekanan dari dosen juga. Palingan cuma nanyai kapan revisi selesai (yaa meskipun itu cukup bikin stress jug sih).

Dulu waktu masih masa-masa kuliah. Tiap ada tugas akhir, pasti aku ngerjainnya  mepet deadline. Aku merasa, ide-ide bermunculan saat aku merasa tertekan. The power of kepepet kalo istilahnya. Karena deadline itulah aku jadi bisa menyelesaikan semua tugas yang diberikan dosen. Sekarang? Skripsi? Dosen gak pernah kasih deadline kapan kita harus menyelesaikan skripsi. Kita sendiri yang yang menentukan tenggat waktu, semakin molor ngerjain skripsi makin gak lulus-lulus. Jadi aku merasa gak ada tekanan. Tapi oh tapi. Aku jadi stress sendiri karena aku gak buru-buru ngerjain skripsi. Aku menyesali waktu yang terbuang sia-sia gara-gara lulusku molor.

Kemudian ada lagi alasan kenapa aku gak buru-buru menyelesaikan skripsiku. Aku gak tau setelah selesai skripsi nanti, aku pingin kerja dimana. Aku bingung kalau ada yang tanya nanti kerja dimana. Aku gak tau. Serius. Dulu waktu masih sekolah, kalo ditanya aku pingin jadi apa, aku bisa jawab dengan jelas. Dulu aku tau mau jadi apa. Tapi sekarang, aku gak tau. Ketidaktahuanku tentang pekerjaan selanjutnya, bikin aku males dan molor ngerjain skripsi. Kayak aku belum mau naik level. Aku masih nyaman di level ini. Tapi umurku terus nambah. Umur ku seakan nuntut aku untuk segera naik level selanjutnya. Ini juga bikin aku stress.

Stress-stress yang aku bilang sebelumnya itu numpuk di alam awah sadarku. Sehingga bikin aku jadi emosional dalam segala hal. Misalnya, pas pagi aku ngerasa ceria banget, ngetawain hal-hal receh. Siang hari, pas lagi nonton video apapun yang ada sedih-sedihnya pasti langsung bikin nangis, padahal itu bukan hal yang harus banget untuk ditangisi. Lain waktu ada yang bikin aku tersinggung, padahal sepele banget, gitu aku sudah marah-marah sampe nangis. Terus kadang-kadang ngerasa panik sendiri, bingung, jantung berdebar, padahal awalnya gak ada apa-apa. Serangan panik, karena skripsi belom progres. Dan akhirnya aku stress lagi dan lagi.

Skripsi itu bukan beban, tapi emang tanggungan yang harus diselesaikan oleh semua mahasiswa buat lulus. Kalo skripsi di jadiin beban, emang berat banget. Ngerasa dikit-dikit pengen nyerah. Apalagi buat yang mentalnya lemah kayak aku. Ketemu dosen aja takut banget. Padahal dosennya biasa aja. Ngerjain skripsi kalo momennya gak pas juga gak jalan. Maksudku, kalo gak ada dukungan moral dari berbagai pihak, kayak ortu, temen dan diri sendiri, mood yang bagus dan kenyamanan lokasi pengerjaan. Sama kalo gak ada tujuan yang jelas habis lulus nanti mau kerja dimana. Kalo jelas pingin kerja di suatu tempat kan pasti orang yang ngerjain skripsi bakalan mikir harus progres skripsinya. Jadi aku sekarang lagi mikir dan mempertimangkan aku pingin kemana habis lulus nanti. Skripsi bukan beban, tapi emang tanggunganku. Masalah-masalah yang muncul emang harus dinikmati, bukan di pikir sampe bikin stress (aku sering ngerasa punya banyak masalah). Target utama saat ini yaa skripsi selesai, sidang tanpa revisi lagi. Wkwkwkwk. Amiiiin~~

Kamis, 15 September 2016

Curhatan Hari Ini



mengalami masa transisi sungguh tidak mengenakkan. perubahan-perubahan yang terjadi memaksa kita untuk merubah sikap kita. terkadang sedikit menambah stress yang ada. jika tidak bisa mengatasi bisa-bisa jadi gila. tapi masa transisi itu baik. memaksa kita untuk menjadi yang lebih baik. memikirkan perubahan-perubahn itu agat kita bisa beradaptasi dengan perubahan baru. tapi tetap saja membuat ku kebingungan dengan perubahan-perubahan ini. menyedihkan.

perubahan ini membuatku marah. terkadang sih. tidak selalu. marah dengan sikapku yang terkadang labil. apa yang kumau dan apa yang harus ku lakukan bertolak belakang. membuatku frustasi dan marah. suatu saat aku menganggap masalah yang terjadi wajar, tapi disaat yang lain masalah itu membebani.

tenang. seharusnya aku harus bisa lebih tenang. sabar. aku harus lebih sabar dengan diriku sendiri baru bersabar untuk orang lain. tenang. saat semuanya terkendali, tidak akan muncul stressor yang berarti.

Sabtu, 23 Juli 2016

Aku Terpuruk

Hasil gambar untuk kesepian animasi

Rasanya baru beberapa hari yang lalu aku mengatakan bahwa aku tak masalah dengan kesendirianku. Tapi hari ini aku menangis tesedu karena kesepianku.
Aku menangis melihat sebuah kalimat di dalam film yang baru aku tonton. adegan film itu sebenarnya tak begitu menyedihkan. Tapi kalimat yang di ucapkan oleh pemain film itu yang membuatku menangis.
"aku kesepian... kesepian..." setelah mendengar kalimat itu aku menangis. Menyaari sebenarnya aku erbohong dengan mengatakan "aku tak masalah dengan kesendirianku"
Sendirian dan Kesepian sangatlah berbeda. Aku tak mengakui atau lebih tepatnya aku tak mau mengakui kalau aku kesepian. Aku memendam kesepianku di lubuk hati ku, terpendam dalam alam bawah sadarku. Dan ketika aku menemukan sesuatu yag berhubungan dengan "Kesepian" hal itu muncul merobohkan temboh pertahananku. menjebolnya hingga mataku tak sangup menahan tangisan.
Aku benar-benar kesepian. Aku punya teman, tapi tak ada yang peduli. Aku punya saudara tapi tak ada yang mengerti diriku. Padahal, aku sudah berusaha mengerti mereka. Merasakan setiap keluhan mereka sehingga setidaknya aku dapat membantu. Tapi tak ada perubahan terhadap rasa perhatian mereka terhadapku.
Sudahlah, aku tak masalah. Aku sedih, tapi tak tau harus melakukan apa. berusaha merubah keadaan, tapi tak berhasil. Ingin marah, tapi percuma. Percuma......

Kamis, 21 Juli 2016

Kesendirianku


Aku duduk sendiri di depan ruang  Administrasi kampus. Berteduh dari hujan yang turun disore hari. Menikmati hembusan angin dan suara rintikan hujan. Ahh.. aku menikmati kesendirianku. Kutatap langit mendung. Hatiku tak semendung itu. Aku merasa baik-baik saja meski sendiri. Untuk saat ini aku tak merasa kesepian. Kesunyian di sore hari ini membuatku nyaman. Hanya untuk kali ini, aku bahagia jika sendiri.

Kesendirian bukan berarti Kesepian. Ketika perasaan bahagia, damai, dan tenang, kesendirian menjadi lebih menyenangkan. Meskipun beberapa orang lebih suka membagi perasaan mereka, terkadang meluangkan waktu sedikit untuk diri sendiri itu sehat. Merenungi apa yang sudah terjadi, mensyukuri kebahagiaan yang didapat, Tak ada yang salah dengan kesendirian. Karena Kesendirian terkadang tidak menciptakan perasaan Kesepian.